Khutbah Jum'at ~ HATI YANG SEHAT ~

Januari 07, 2016
Saudara-saudara kaum Muslimin rohimakumulloh..
Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَاوَهِيَ القَلْبُ
“Ketahuilah, bahwa di dalam tubuh terdapat segumpal daging, jika baik maka seluruh tubuhnya menjadi baik, dan jika rusak, maka seluruh tubuhnya menjadi rusak pula, ketahuilah,(segumpal daging) itu adalah hati.”
          Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa, di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, yang jika segumpal daging tersebut khusyu’, maka khusyu’lah seluruh anggota tubuhnya. Jika segumpal daging tersebut memiliki keinginan, maka semua anggota tubuhnya pun demikian. Dan jika segumpal daging tersebut rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh manusia. Segumpal daging itu adalah hati. Hati diibaratkan sebagai raja, sedangkan anggota tubuh manusia adalah rakyatnya. Jika pemimpinnya baik, maka rakyatnya akan menjadi baik dan jika pemimpinnya rusak, maka rakyatnya pun akan rusak.
          Hati yang sholahat (hati yang baik) adalah hati yang bermanfaat pada hari Kiamat dimana pada hari itu harta dan anak-anak kita tidak dapat memberikan pertolongan sedikit pun juga. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Alloh dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’ara’: 88-89)
          Maksudnya adalah, hari ketika harta tidak mampu melindungi seseorang dari siksa Alloh, meskipun ia menebus dengan emas sepenuh bumi. Tidak pula anak-anak keturunannya, sekalipun ia menebusnya dengan seluruh manusia yang ada di muka bumi yang merupakan anak keturunannya. Tidak ada yang berguna pada hari itu  kecuali hati yang bersih/ hati yang selamat. Sa’id bin Al Musayyib rohimahulloh berkata, yang dimaksud dengan hati yang selamat adalah hati yang sehat. Hati yang sehat adalah hati orang yang beriman, karena hati orang kafir dan orang munafik adalah hati yang sakit. Sedangkan Abu ‘Utsman an-Nisaburi rohimahulloh berkata, “Hati yang selamat” adalah hati yang selamat dari bid’ah dan merasa tenteram dengan as-Sunnah.”
          Saudara-saudara kaum Muslimin, a‘aazzaniyalloh wa iyyakum…
          Hati yang sehat adalah sumber keselamatan manusia. Untuk itu kita perlu mengetahui tanda-tandanya. Di antara tanda-tanda hati yang sehat adalah sebagai berikut:
1. Banyak berdzikir kepada Alloh

          Hati manusia diibaratkan seperti periuk sedangkan lisan kita laksana gayungnya. Lisan akan mengeluarkan yang manis atau yang pahit adalah dari dalam hati. Apabila hati manusia adalah hati yang bersih yang dipenuhi rasa cinta kepada Alloh, lisan pasti tergerak untuk melantunkan dzikir. Tapi jika hati dipenuhi hal-hal lain, seperti kufur, fasik, dan durhaka kepada Alloh, lisan akan tergerak untuk memfitnah, mengadu domba, serta berbuat keji dan kotor.

          Berdzikir merupakan ciri orang yang mencintai Alloh dan dicintai-Nya. Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda;
أَنَا مَعَ عَبْدِيْ مَاذَكَرَنِي وَتَحَرَّكَتْ بِي شَفَتَاهُ
“Aku beserta hamba yang selalu menyebut-Ku dan kedua bibirnya selalu bergerak (berdzikir)” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albani)
2. Ia rela tubuhnya letih untuk melayani Alloh dan hatinya tidak merasa jemu.
          Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam pernah melakukan sholat hingga kedua kakinya bengkak. Ketika ditanya tentang hal itu, beliau shollallohu ‘alayhi wa sallam menjawab,
أَفَلَا أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا
“Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur?”
          Yahya bin Mu’adz rohimahulloh berkata, “Barangsiapa senang melayani Alloh, segala sesuatu akan senang melayaninya. Barangsiapa matanya senang kepada Alloh, setiap mata akan senang melihatnya.” Barang siapa yang cinta kepada Alloh, ia akan senang melayani-Nya, dan pelayanannya itu akan menjadi energi bagi hati dan makanan bagi jiwanya.
          Di antara pelayanan kepada Alloh yang sangat besar nilainya dan sangat tinggi kedudukannya adalah menjadi anshorulloh (penolong-penolong Agama Alloh). Orang-orang yang benar keimanannya, akan tergerak hati dan jiwanya untuk menjadi anshorulloh karena Alloh subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan kepadanya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penolong (agama) Alloh..” (QS. Ash-Shoff: 14)
          Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam adalah orang yang paling berjasa dalam menyebarkan agama Alloh. Beliau telah sempurna menyampaikan risalah dari Alloh, walaupun berbagai macam rintangan dan ujian datang menderanya. Inilah sebaik-baik pelayanan kepada Alloh subhanahu wa ta’ala. Begitu juga para shohabat dan orang-orang setelahnya, yaitu kurun kedua dan kurun ketiga. Mereka adalah orang-orang terbaik yang telah memberikan pelayanan kepada Alloh dengan dakwah dan jihad. Maka sebagai seorang mukmin yang mengaku mengikuti jejak Rosululloh dan jejak salafush-sholih, kita harus meniti jalan dakwah dan perjuangan. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
قُلْ هَٰذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي ۖ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf:108)
3. Jika luput melakukan satu ketaatan, ia merasa sangat rugi.
          Kerugian yang ia rasakan bahkan melebihi orang yang bakhil ketika kehilangan keluarga dan hartanya. Sebab ia tahu, kerugian tersebut merupakan kerugian akhirat. Sedangkan kerugian dunia sangat tidak sebanding dengan kerugian akhirat. Cepat atau lambat, harta benda dunia pasti akan musnah, sementara apa yang ada di sisi Alloh tidak pernah sirna. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ ۖ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ
Apa yang ada di sisi kalian akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Alloh adalah kekal…” (QS. An-Nahl: 96)
          Apa bila seorang saudagar tidak melakukan transaksi penjualan yang memiliki nilai laba dua puluh tujuh juta yang ada di suatu kota, tentu ia akan menggigit jari penyesalan. Karena itu orang yang tidak menunaikan sholat berjama’ah yang pahalanya dua puluh tujuh kali lipat lebih banyak daripada shalat sendirian, tetapi ia tidak menyesalinya, hal itu merupakan ciri hati yang sakit. Sebab, mengagungkan perintah dan larangan termasuk ciri hati yang sehat.
4. Pemiliknya (pemilik hati yang sehat) menjadikan tujuannya hanya untuk Alloh semata.
          Faktor terkuat yang menggerakkan seorang hamba dari dalam dirinya ialah cinta kepada Alloh dan pengharapan melihat Wajah-Nya yang Mulia. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَمَا لِأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ تُجْزَىٰ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَىٰ وَلَسَوْفَ يَرْضَىٰ
Padahal tidak ada seseorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhoan Robb-nya Yang Mahatinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan (surga).” (QS. Al-Lail: 19-21)
5. Hal yang paling dicintainya ialah Kalamulloh dan membicarakan tentangnya.
          Ibnu Mas’ud rodhiyallohu ‘anhu berkata, “Barangsiapa yang ingin mengetahui apakah dirinya mencintai Alloh, hendaknya ia menghadapkan dirinya pada Al-Qur’an. Bila ia mencintai Al-Qur’an, itu artinya ia cinta kepada Alloh. Sebab, Al-Qur’an ialah Kalamulloh (firman Alloh).”
Utsman bin ‘Affan rodhiyallohu ‘anhu menjelaskan,
لَوْطَهُورَت قُلُوبُنَا لَمَّا شَبِعَتْ مِنْ كَلَامِ رَبِّنَا
“Apabila hati kita bersih, ia tidak akan merasa kenyang dengan firman Robb kita.”

Khutbah 2
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
            Jama’ah sholat Jum’at rohimakumulloh…
            Demikian tadi lima point yang saya sebutkan pada khutbah pertama adalah di antara tanda-tanda hati yang sehat. Yang berarti pula, tanda-tanda cinta kepada Robbnya. Karenanya hati yang sehat hendaklah dipenuhi perasaan cinta kepada Dzat Yang Maha Mulia. Tanpa itu, hati tak bisa disebut hati yang sehat. Sebagaimana langit dan bumi, seandainya ada ilah selain Alloh di dalamnya, keduanya pasti akan rusak binasa. Demikian pula hati para hamba-Nya, seandainya ada ilah selain Alloh di dalamnya, ia pasti akan benar-benar rusak. Mustahil akan menjadi baik, sebelum ia kembali mentauhidkan Alloh dan mencintai-Nya.
          Sejatinya mata diciptakan untuk melihat, telinga untuk mendengar, lisan untuk bicara dan merasa, serta hati untuk cinta dan beribadah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala. Ia tidak akan merasa bahagia dan tenang, kecuali dengannya.
          Jika hati seseorang cinta kepada selain Alloh, ia akan rusak, sengsara, sedih, gundah gulana dan celaka. Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda:
تَعِسَ عَبْدُ الدِّيْنَار، تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ، تَعِسَ عَبْدُ الخَمِيْصَةِ، تَعِسَ عَبْدُ القَطِيْفَةِ، تَعِسَ وَانْتَكَسَ وَإِذَا شِيْكَ فَلَاانْتَقَشَ
“Celaka hamba dinar, celaka hamba dirmah, celaka hamba pakaian, celaka hamba kain sutra. Celakalah dan jatuhlah ia. Apabila tertusuk duri, tidak bisa keluar.” (HR. Al Bukhori).
          Jika hati kehilangan fungsi untuk mencintai dan beribadah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala, sungguh ia lebih sengsara daripada mata yang kehilangan penglihatan dan telinga yang kehilangan pendengaran. Akibatnya hati pun menjadi bergolak, sengsara dan sedih sampai ia kembali mengenenal Robb-nya.
          Semoga Alloh subhanahu wa ta’ala menganugerahkan kepada kita hati yang sehat dan fitrah yang lurus. Dia selalu menunjukkan kepada siapa saja yang Dia kehendaki menuju jalan yang lurus dan benar.
*Untuk muqoddimah dan do’anya, silahkan bisa ditambahkan dari postingan kami yang terdahulu..

Artikel Terkait

Previous
Next Post »