SIAPA BILANG MUSIK HARAM..??!!

Desember 11, 2015
Al-Quran dan Sunnah telah berbicara tentang haramnya nyanyian. Allah Ta'ala berfirman dalam surat Al-Isra’ tentang setan:
وَٱسۡتَفۡزِزۡ مَنِ ٱسۡتَطَعۡتَ مِنۡهُم بِصَوۡتِكَ… ٦٤
“Dan, hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan suaramu” (QS. Al-Isra: 64)

Para ahli tafsir mengatakan sebagaimana yang disebutkan Ibnu Jarir, Ibnu Katsir, dan lainya bahwa suaranya itu adalah nyanyian. Artinya: hasunglah orang-orang yang menyimpang dan mudah terlena dengan suaramu yang berupa alat music, nyanyian, dan yang sama seperti itu juga. Antara lain music, gitar, mandolin, kecapi, dan jenis alat-alat music lainnya yang bersenar. Kobarkanlah mereka, gerakkan mereka menuju maksiat, dan hembuslah mereka menuju perbuatan keji!
Allah subhanahu wa ta’ala Berfirman:
وَمِنَٱلنَّاسِ مَن يَشۡتَرِي لَهۡوَ ٱلۡحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ بِغَيۡرِ عِلۡمٖ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًاۚ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عَذَابٌ مُّهِينٌ ٦ وَإِذَا تُتۡلَىٰ عَلَيۡهِ ءَايَٰتُنَا وَلَّىٰ مُسۡتَكۡبِرٗا كَأَن لَّمۡ يَسۡمَعۡهَا كَأَنَّ فِيٓ أُذُنَيۡهِ وَقۡرٗاۖ فَبَشِّرۡهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ ٧
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang sia-sia untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri  seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbatan di kedua telinganya, maka gembirakanlah dia dengan azab yang pedih.” (QS. Luqman : 6-7)

Ibnu Mas’ud rodhiyallohu ‘anhu berkata, “Aku bersumpah demi Allah, sesungguhnya perkataan yang tidak berguna itu benar-benar artinya nyanyian.” Selain Ibnu Mas’ud ada juga menyatakan hal serupa, seperti sahabat Jabir rodhiyallohu ‘anhu.
Allah Ta’ala berfirman:
وَذَرِٱلَّذِينَٱتَّخَذُواْ دِينَهُمۡ لَعِبٗا وَلَهۡوٗا وَغَرَّتۡهُمُ ٱلۡحَيَوٰةُٱلدُّنۡيَا… ٧٠
“Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia.” (Al-An’am : 70)

Sebagian ulama mengatakan, “senda gurau yang dimaksud terutama nyanyian.” Sebab, nyanyian termasuk senda gurau terbesar yang bisa melalailakan hati dari Penciptanya. Maha suci Allah Rabb semesta alam.
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِن يَرَوۡاْ سَبِيلَ ٱلرُّشۡدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلٗا وَإِن يَرَوۡاْ سَبِيلَ ٱلۡغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلٗاۚ
“Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tak mau menempuhnya; dan kalau mereka melihat jalan yang menyimpang mereka mengikutinya.” (QS. Al-A’raf : 146)
 PROGRAM DAUROH SYAR'IYYAH DUA BULAN

Kesesatan yang paling sesat adalah sesuatu yang menunjukkan perbuatan keji dan menuntun Anda menuju kemaksiatan.

Uqbah bin Nafi’ panglima besar yang begitu terkenal, seorang muslim yang berdiri diatas samudera Atlantik dengan membawa pedangnyanya, berbicara di atas air dengan mengangkat panji Laa Ilaaha Illallooh di belakang gelombang air itu. Ia berkata kepada anak-anaknya, “Wahai anak-anakku, hati-hatilah dengan nyanyian. Karena demi Allah, hamba yang mendengarkannya pasti akan terjerumus ke dalam perbuatan keji.”

Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.” (QS. Al-munaafiquun: 9).

Karenanya, bila memiliki harta dan anak yang sebenarnya diperbolehkan saja bisa melalaikan kita dari mengingat Allah, maka bagaimana dengan nyanyian dan hal-hal yang benar-benar melenakan? Tentu itu sangat lebih dahsyat menyeret untuk lalai dari mengingat Alloh.

Allah Ta’ala berfirman, “Maka, pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah-nya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutupan atas penglihatannya?” (QS. Al-Jatsiyah: 23)

Salah seorang ulama salaf berkata, “Setiap orang yang mencintai sesuatu, menggantungkan diri padanya, dan melalaikannya, maka sesuatu itu adalah Ilah (tuhan)nya, selain Allah.”

Firman Allah Ta’ala “…menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya” (Al-Furqan : 43). Artinya: mencintai hawa nafsu ini dan lebih mengutamakannya.

Allah Ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (QS. Shad: 26). Hawa nasfsu adalah segala sesuatu yang membuat anda lalai dari ketaatan dan menghalangi anda dari dzikir (mengingat Allah).

Al-Bukhari dalam shahihnya mengemukakan pembahasan tentang syair yang dicela bila mendominasi seseorang sehingga membuatnya lalai dari al-Quran, berzikir dan menuntut ilmu. Selanjutnya ia ketengahkan hadis shahih yang berasal dari Nabi:
“Ketika perut salah seorang di antara kalian penuh dengan muntah sampai ia bisa melihatnya, itu lebih baik daripada penuh dengan syair.”

Syair saja yang pada dasarnya diperbolehkan dan tidak disertai nyanyian dicela, dianggap hina, da ditolak apabila melalaikan kita dari berdzikir, Al-Quran dan menuntut Ilmu. Maka, demi Allah, katakanlah kepada saya bagaimana dengan nyanyian, terlebih lagi seperti minuman keras yang tidak diragukan bisa melalaikan kita dari mentaati Allah Yang Maha Tunggal dan Maha Esa.

Laa Ilaaha Illallah. Sudah berapa banyak nyanyian yang membuat hati menjadi keras? Sudah berapa banyak nyanyian yang membuat para pemuda menyimpang? Berapa banyak ia telah mewariskan perbuatan keji? Berapa banyak ia telah mengajak orang berbuat maksiat?

Seorang penyair berkata:
“Hai orang yang terbuai di atas singgasana tertinggi,
Bertakwalah kepada Allah Maha Agung Maha Mulia
Dengarkan firman yang penuh perumpamaan
Singkirkan nyanyian dan menyebut-nyebut kata asmara”

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28)

Orang lalai yang paling lalai dan manusia yang paling banyak menentang adalah orang yang menyibukkan waktunya dengan nyanyian. Baik itu melakukannya, mendengarkannya, atau pun sekedar turut serta. Ketika hatinya akan menjadi keras dan menjadi banyak sekatnya. Air matanya tidak akan mengalir, ia tidak akan mengingat Allah, dan tidak mempersiapkan diri menuju tempat kembalinya.

Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan bahwa Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda,
Sungguh pasti akan ada beberapa golongan di antara umatku yang menghalalkan perzinaan, sutera, khamar (minuman keras), dan alat-alat music.” (HR. Bukhari)

Hadits ini shahih dengan jalur periwayatan yang jelas, sejelas Matahari. Artinya,, kelak akan datang suatu golongan yang menghalalkan hal-hal yang diharamkan, antara lain: alat-alat music. Lalu mereka katakan, “Ini diperbolehkan.”

Sungguh benar berita kenabian Nabi Muhammad shollalohu ‘alayhi wa sallam dalam hal itu.

Menurut Abu Dawud dengan jalur periwayatan yang hasan bahkan dishahihkan sebagian ulama ternama, Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda,
Sungguh pasti akan ada beberapa golongan di antara umatku yang menghalalkan perzinaan dan sutera.”

Sebagian ulama hadis mengatakan, “Kelak akan terjadi perubahan bentuk di akhir masa umat ini terhadap orang yang menyesatkan, yang sesat, membuat khamar (minuman keras), mencipta alat-alat music dan nyanyian, serta meninggalkan ibadah kepada Rabb bumi dan langit.”

Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Pada umat ini akan ada peristiwa penenggelaman, perubahan bentuk, dan pelemparan.” Seseorang bertanya, “Kapan itu terjadi wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Ketika muncul budak-budak dan alat-alat musik.”

Pelemparan tersebut maksudnya dengan batu-batu dari langit. Sedangkan penenggelaman artinya mereka ditenggelamkan ke dalam bumi, lalu mereka terbenam disitu.

Sebagian ahli sejarah mengemukakan, terdapat orang-orang yang menyimpang, menyeleweng, dan berbuat kemaksiatan di beberapa negeri Islam. Mereka bermalam dengan melakukan perbuatan zina, lalu Allah menenggelamkan mereka beserta rumah-rumahnya.

Berbagai cerita tentang hal ini begitu banyak.

Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku dilarang akan dua suara yang begitu bodoh dan hanyut dalam kemaksiatan: suara ketika ada nikmat dan suara ketika ada musibah” (HR Al-hakim dan Baihaqi)

Ahli ilmu (para ulama) berkata, “Suara ketika ada nikmat yaitu suara music dan nyanyian dalam acara-acara gembira.”

Balasan adanya nikmat adalah rasa syukur, bukan tarian dan alat-alat music. Sedangkan suara ketika musibah yaitu suara ratapan, beberapa dalil jelas-jelas menunjukkan larangannya.

Menurut riwayat Abu Dawud, ketika Ibnu Umar mendengar seruling seorang penggembala, ia meletakkan dua jarinya ditelinganya. Kemudian ia berkata, “Wahai Nafi’ apakah kamu mendengar sesuatu?” Nafi’ menjawab, “Ya” Ibnu Umar pun tetap meletakkan kedua jarinya. Lalu Nafi’ ditanyainya lagi, “Apakah kamu mendengar sesuatu?” Nafi’ menjawab, “Tidak” Maka diturunkannya kedua jarinya dari telinganya seraya berkata, “Aku pernah melihat Nabi Muhammad shollallohu ‘alayhi wa sallam mendengar seruling seorang penggembala, lalu beliau letakkan dua jari di telinganya sama seperti yang kulakukan.”

Maka demi Allah, katakanlah kepada saya, mana yang lebih diharamkan, seruling sang penggembala yang terdapat hal yang menyesatkan disitu ataukah nynayian diiringi music yang telah menjadi mata pelajaran dan diajarkan diberbagai universitas dan sekolah-sekolah?

Ibnu Abbas radhiyallohu ‘anhuma berkomentar sebagaimana yang terdapat dalam tafsir Ibnu Jarir tentang firman Allah Ta’ala, “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna.” (QS. Luqman: 6). Katanya, “Yaitu nyanyian.”

 Minyak Zaitun Ruqyah (MIZAR)

Artikel Terkait:

Artikel Terkait

Previous
Next Post »