PEMUDA YANG TUMBUH DI MASJID

Desember 03, 2015

            Baru-baru ini dunia maya ramai dipenuhi pemeo, gambar kata yang menyinggung para pemuda muslim. Maksud dari pameo tersebut adalah sebagai sindirian agar mereka tidak melupakan masjid sebagai simbol peribadahan ummat Islam. Pemeo itu berbunyi “Pemuda sekarang hebat-hebat, gunung didaki, lautan diseberangi, masjid dilewati.” Makna daripada sindiran tersebut, bahwa untuk mendaki gunung dan menyeberangi lautan saja bisa, tapi mengapa mereka tidak sanggup untuk mendatangi masjid yang jaraknya tidak sejauh gunung dan lautan? Ada juga yang mengatakan, “Main futsal selama satu jam sanggup berlari, tapi untuk pergi ke masjid yang hanya 100 meter, tidak sanggup.”.
            Minimnya kesadaran para pemuda Islam untuk mencintai masjid adalah karena kurangnya pengetahuan tentang keutamaan orang-orang yang mengunjungi masjid untuk beribadah kepada Alloh subhanahu wa ta’ala. Pengetahuan yang minim akan mempengaruhi iman yang ada. Ketika iman tidak terbangun, maka amal pun tidak akan terwujud. Maka perlu kiranya setiap pemuda muslim untuk senantiasa menambah ilmu dan amalnya.
            Begitu banyak sanjungan dan janji-janji kebaikan dari Alloh subhanahu wa ta’ala yang ditujukan kepada pemuda shalih yang tumbuh dan berkembang dalam peribadahan kepada Alloh subhanahu wa ta’ala. Hati dan jasad mereka selalu terpaut dengan masjid. Setiap saat selalu merindukan masjid untuk beribadah di sana. Shalat berjama’ah, tilawah Al Qur’an, menghafal Al Qur’an, menuntut ilmu, dan lain sebagainya. Hasilnya adalah Alloh akan berikan pahala yang besar berupa naungan pada hari Kiamat, yang pada saat itu tidak ada naungan selain naungan dari Alloh subhanahu wa ta’ala. Rosululloh shollallohu ‘alayhi wa sallam bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ تَعَلَي فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ، إِمَامٌ عَادِلٌ، وَشَابٌ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِيْ اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِي أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّي لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَضَتْ عَيْنَهُ
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan dari Allah, yaitu: pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah, laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mengasihi karena Allah, mereka bertemu dan berpisah di jalan Allah, seorang laki-laki yang dipanggil oleh seorang wanita yang memiliki nasab dan kecantikan lalu berkata, ‘Saya takut kepada Allah’, seorang yang bersedekah dengan rahasia sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan seorang yang mengingat Allah dikala sendirian lalu mencucurkan air matanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
            Seorang pemuda muslim yang tumbuh dalam peribadahan kepada Alloh, jiwanya senantiasa terpaut dengan masjid sangat layak mendapat pahala besar yang dapat menyelamatkannya pada hari yang sangat menakutkan, hari Kiamat. Semua itu karena beratnya kondisi pada masa muda, dimana masa itu adalah masa yang sangat labil, mudah sekali terpengaruh oleh pemikiran dan perilaku buruk yang sedang berkembang. Godaan yang datang menghampirinya silih berganti bagai gelombang lautan, susul menyusul. Ketika sang pemuda tidak terpengaruh oleh lingkungan jahiliyahnya, maka ia pantas untuk mendapatkan fadhilah yang agung dari Dzat Yang Maha Agung. Naungan pada hari Kiamat akan menjadi anugerah yang sangat besar baginya.           
            Namun untuk mendapat keutamaan yang sangat besar itu, tidak bisa diraih dengan cara yang mudah. Harus diawali dengan azam yang kuat, niat yang ikhlas dan bermujahadah dalam membangun amal-amal shalih. Wallohu a’lam bishowab


Artikel Terkait

Previous
Next Post »