Padang Mahsyar dan Potret Hari Kebangkitan

Desember 27, 2014


Manusia pada Hari Kebangkitan digiring dalam keadaan telanjang tanpa dikhitan serta tak beralas kaki menuju padang Mahsyar setelah dibangkitkan dari kubur dan dikumpulkan. Suatu tanah lapang yang putih, sangat datar, dan tidak ada sedikitpun tempat yang lebih rendah ataupun lebih tinggi dari yang engkau lihat.

Allah swt berfirman:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, Maka Katakanlah: "Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, Maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali, Tidak ada sedikitpun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi.” (QS. Thaha: 105-107)

Allah swt juga berfirman:
“(yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (QS. Ibrahim: 48)

Ibnu Abbas ra2 berkata, “Tidak ditambah atau dikurangi di dalamnya. Pohon-pohon, gunung-gunung, lembah-lembah, dan apa saja yang berada di dalamnya dilenyapkan. Bumi dibentangkan seperti kulit yang disamak. Bumi berwarna sangat putih seperti perak. Tidak ada setetes darahpun yang tertumpah di atasnya dan tak ada satu kesalahan pun yang dilakukan di atasnya. Sementara langit telah melenyapkan matahari, bulan, dan bintang-bintangnya.”

Rasulullah saw bersabda;
يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَي الْأَرْضِ بَيْضَاءَ عَفْرَاءَ كَقُرْصَةِ نَقِيٍّ لَيْسَ فيهَا مَعْلَمٌ لِأَحَدٍ 
“Pada hari Kiamat manusia dikumpulkan di atas bumi yang sangat putih berbentuk bulat pipih dan gundul tidak ada satu bangunan pun di atasnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Sabda beliau, “’Afra’” maksudnya, dikumpulkan di atas bumi yang sangat putih dan tida murni. Sbada beliau, “Kaqurshin Naqiy” maksudnya, berbentuk bulat pipih. Sementara “Al-Ma’lam” artinya, bangunan atau dataran tinggi.

Tentang potret kebangkitan manusia dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda:
“Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat dalam tiga kategori: 1) Orang-orang yang dalam kesenangan bercampur keharuan, 2) Orang-orang yang naik kendaraan; ada dua orang menunggang seekor hewan, ada tiga orang menunggang seekor hewan, ada empat orang menunggang seekor hewan, dan ada sepuluh orang menunggang sesekor hewan, 3) Orang-orang yang selain mereka di atas, mereka dikepung oleh api. Api tersebut selalu mengepung mereka pada malam, pagi, siang dan sore hari.” (HR. Al Bukhari, Muslim dan An-Nasa’i)

Diceritakan dari Qatadah, dari Anas ra , bahwa seseorang berkata, “Wahai Nabi Allah, bagaimana orang kafir dikumpulkan dengan cara diseret atas muka mereka?” Beliau menjawab, “Bukankah Zat yang membuatnya berjalan dengan kedua kakinya di dunia  mempu membuatnya berjalan dengan wajahnya pada hari Kiamat?” Qatadah berkata, “Ya, demi kemuliaan Rabb kami.” Hal itu sebagaimana disinyalir dalam firman Allah swt:
 “Dan kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. tempat kediaman mereka adalah neraka jahannam. tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, kami tambah lagi bagi mereka nyalanya.” (QS. Al-Isra: 97)

Alangkah jauhnya perbedaan dua golongan ini. Dua golongan berada di antara dua jalan. Satu golongan digiring dengan kendaraan ke surga-surga yang penuh kenikmatan dan rahmat Zat Yang Maha Pengasih. Sementara golongan lain digiring ke neraka Jahim dan siksanya yang pedih dan kekal.

“(Ingatlah) hari (ketika) kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat, Dan kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga.” (QS. Maryam: 85-86)

Ibnu Abbas ra berkata, “Wafdan artinya dalam keadaan berkendaraan.” Ali bin Abi Thalib berkata, “Demi Allah, mereka tidak dikumpulkan dengan kaki mereka, akan tetapi dengan unta yang bekalnya ialah emasa dan inti pelananya ialah permata. Jika mereka ingin berjalan dengannya, maka ia akan berjalan. Dan jika mereka ingin terbang dengannya, maka ia akan terbang.”
Firman-Nya, “Dan kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga,” maksudnya adalah dalam keadaan haus. Leher mereka terpotong karena haus, akan tetapi mereka tidak singgah di mata air. Mereka singgah di Jahannam, Jahimnya, dan asapnya.

Di dalam hadits yang panjang tentang syafa’at disebutkan, “Dikatakan kepada mereka, ‘Apa yang kalian inginkan?’ Mereka menjawab, ‘Kami haus.’ Maka ditunjukkan neraka Jahannam kepada mereka. Seakan-akan fatamorgana yang saling menghancurkan satu salam lain. Lalu dikatakan kepada mereka, ‘Tidakkah kalian singgah?’.” (HR. Bukharai dan Muslim)

Maha Suci Allah, segala puji bagi-Nya, dan Allah Mahabesar. Keadaan mereka di dunia sama. Mereka diberi rizki, berjalan, pergi dan datang. Orang ynag dicintai Allah dan tidak dicintai sama-sama diberi. Namun, ketika kematian mendatangi mereka, masing-masing dari mereka mengetahui jalannya dan tampak jelas tujuan mereka. Ketika mereka berada di alam barzakh, masing-masing menyendiri dengan amal perbuatannya.

Mereka sampai kepada apa yang telah mereka kerjakan sebelum ajal mereka. Ketika mereka dalam keadaan seperti itu, sang penyeru berteriak kepada mereka. Mereka kelura dari kuburan menuju penyeru dengan tergesa-gesa. Ada yang mengendarai unta, ada yang mengendarai tunggangan, ada yang berjalan kaki, dan ada yang berjalan diseret di atas wajahnya.

Mereka melihat di dalam cahaya, sedangkan yang lain berada dalam kegelapan dan tidak bisa melihat. Mereka digiring kepada Zat Yang Maha Pengasih, sedangkan yang lain digiring ke naraka. Mereka diberikan hiasan dengan gelang-gelang yang terbuat dari perak, dan Rabb mereka memberi minuman yang bersih, sedangkan yang lain  dibelenggu dan pakaian mereka terbuat dari timah panas.

Rabb mereka berfirman kepada mereka, “Keselamtan atas kalian sebab kesabaran kalian maka itulah sebaik-baik rumah akhirat.” Sedangkan yang lain, Dia berfirman kepada mereka, “Mereka terusir darinya, mereka tidak berbicara, dan mereka tidak keluar dari neraka.”

Saat itulah perbedaan tampak jelas. Dua jalan yang berbeda. Dua golongan yang tidak sama. Yang ghaib menjadi tampak, yang rahasia menjadi jelas, yang tertulis menjadi tersingkap, dan yang tesembunyi menjadi nyata.

Allah swt berfirman,
“Patutkah kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? patutkah (pula) kami menganggap orang- orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat ma'siat?” (QS. Shaad: 28)
“Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? amat buruklah apa yang mereka sangka itu.” (QS. Al-Jatsiyah: 21)

Banyak hal yang ketika di dunia dianggap prestasi, namun itu menjadi aib yang berkepanjangan! Banyak orang yang makan di dunia, tapi pada hari itu menjadi sangat lapar! Banyak orang yang minum di dunia, tapi pada saat itu menjadi sangat kehausan! Banyak orang yang makmur di dunia, namun pada saat itu benar-benar menderita.

“Negeri akhirat itu, kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, Maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, Maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang Telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. Al Qashash: 83-84)






Artikel Terkait

Previous
Next Post »