Masih Berani Mengolok-olok Agama...?? Baca Dulu Ini...!!

Januari 20, 2014

Hendaknya seorang muslim berhati-hati terhadap virus ini. Sering kita dapati sebagian kaum “muslimin” baik dengan ucapan maupun perbuatannya mereka mengolok-olok, mencela, menertawakan ajaran Agama. Terlebih lagi dalam sajian acara televisi di rubrik-rubrik lawakan di bulan Ramadhan dan yang lainnya. Banyak sekali perkataan dan perbuatan yang mempermainkan ajaran Agama. Bahkan cara berpakaian dengan pakaian Isalmi tapi memerankan adegan yang tidak layak untuk ditonton, seperti joged-joged, teriak-teriak, berpelukan dengan lawan jenis yang bukan muhrim, dan lain sebagainya. Semua itu berbahaya bagi kelangsungan keislaman kita, karena  mengolok-olok Agama hukumnya adalah murtad dan keluar dari Agama secara keseluruhan.

Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (٦٥)لا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ (٦٦)
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman…” (QS. At-Taubah: 65-66)

Ayat ini menunjukkan bahwa mengolok-olok Alloh subhanahu wa ta’ala adalah kekufuran, mengolok-olok Rasul adalah kekufuran, dan mengolok-olok ayat Alloh subhanahu wa ta’ala juga kekufuran. Karena itu barang siapa mengolok-olok salah satu dari perkara tersebut, berarti ia telah mengolok-olok semuanya. Apa yang terjadi pada orang-orang munafik (yang diisyaratkan dapa ayat di atas) adalah kerena mereka mengolok-olok Rasul dan para shahabat beliau, lalu turunlah ayat ini.

Mengolok-olok ada dua macam: “Secara Terus Terang dan Secara Tidak Terus Terang”
Pertama, Mengolok-olok secara nyata (terus terang), seperti
kisah orang-orang yang menjadi sebab turunnya ayat di atas. Yakni ucapan mereka “Belum pernah kami melihat seperti para ahli baca al Qur’an ini, orang yang lebih buncit perutnya, lebih dusta lisannya, dan lebih pengecut dalam peperangan” atau ucapan-ucapan lain yang bersifat mengolok-olok. Seperti ucapan sebagian mereka, “Agama kalian ini adalah Agama kelima” atau ucapan mereka yang lain, “Agama kalian adalah Agama kuno.” Atau ucapan sebagian lain jika melihat orang-orang yang memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran, “Telah datang kepada kalian Ahli Agama.” Semuanya dalam nada mengejek mereka atau ucapan-ucapan lain yang tidak terhitung kecuali dengan susah payah yang lebih besar dari ucapan yang karenanya ayat di atas turun kepada mereka.


Kedua, Mengolok-olok secara tidak terus terang dan contohnya banyak tidak terhitung. Seperti dengan mengedipkan mata, menjulurkan lidah, memonyongkan bibir, meremehkan dengan isyarat tangan ketika membaca Kitabulloh atau sunnah Rasul-Nya, atau ketika melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Termasuk di dalamnya adalah apa yang diucapkan oleh sebagian mereka bahwa Islam tidak sesuai untuk abad 20, tetapi hanya cocok dan sesuai untuk abad-abad pertengahan, Islam adalah terbelakang dan kuno, di dalamnya terdapat kekerasan dan kebengisan dalam memberikan hukuman had  dan sangsi, Islam menganiaya wanita dan hak-haknya karena membolehkan menceraikannya dan berpoligami. Juga termasuk ucapan mereka, memutuskan hukum dengan undang-undang buatan manusia lebih baik daripada berhukum dengan Islam. Mereka juga menggelari orang-orang yang menyuruh kepada tauhid dan mengingkari ibadah kepada thogut-thogut dengan julukan ekstrimis atau ingin memecah belah jama’ah ummat Islam. Atau mengatakan, “Ini adalah wahabi atau madzhab ke lima” serta ucapan-ucapa lain yang kesemuanya merupakan pelecehan terhadap Agama dan pemeluknya, serta golok-olok terhadap akidah yang benar, laa haula wa la quwwata illa billah. Termasuk di antaranya adalah olok-olok mereka terhadap orang yang berpegang terhadap sunnah Rasululloh sholallohu ‘alayhi wa sallam dengan mengatakan, “Agama itu tidaklah di rambut” sebagai olok-olok terhadap orang yang memanjangkan jenggotnya serta ucapan-ucapan buruk lainnya. Seperti mengatakan kepada orang yang memanjangkan jenggot dengan olokan “seperti kambing” atau olokan terhadap orang yang meninggikan pakaian di atas mata kaki dengan ucapan “Kebanjiran kali” dan lain sebagainya.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »